Thursday, March 18, 2004

Dongeng Upik Abu

Kemarin malam,
sekali-kalinya
ibuku mendongeng…
Ia bercerita tentang Upik Abu,
katanya :


“Upik Abu yang malang…
membawa sapu,
mengelap debu,
di malam Rabu…
Untung saja ada pangeran tampan,
tak peduli biar si Upik Abu
hanya seorang babu dan naik labu,
tetap diburu…


Upik Abu yang beruntung,
takkan pernah lagi bawa sapu
dan mengelap debu
di malam Rabu
yang dingin…
karena sudah dipenjara dalam pernikahan indah dan sempurna…
seindah gaun pengantinnya,
dan sesempurna pesta pernikahan
di istana yang megah

HIDUP BAHAGIA SELAMANYA…”

[cerita selesai]


Lalu ibu berkata,
“jadilah Upik Abu, nak…
Bahagia sampai akhir hayat,
hidup mewah, dan
tak kesepian di hari tua…”


Akal sehatku lalu menampar,
apa yang terjadi pada Upik Abu
setelah cerita ibu selesai?
Mengapa ceritanya tidak berlanjut?
Karena aku mau tahu
seperti apa hidupnya di sana setelah itu?
Sungguh bahagiakah ia sampai tua?
Lelahkah ia mengurus rumah tangga
dengan banyak anak?
Apakah ia jadi gembrot karena dicekoki usia
dan kecantikannya pudar dilarutkan oleh cairan waktu?
Akankah ia kesepian dan mati dalam kekosongan
ketika menemukan cinta yang pernah ada sudah mati?

(karena memang tidak ada yang abadi disini)

Atau pernahkah ia bersedih dan menangis
karena dicerca, diperlakukan tidak adil,
dilecehkan, dan disiksa fisik dan batinnya,
seperti perempuan disini?

Aku cuma mau tahu…

(karena disini cerita belum selesai)

Jakarta, 18.03.04
-perempuan di dunia nyata-