Sunday, May 14, 2006

Jelang Ajal

Sepotong senja itu berlalu lagi,
seperti yang terjadi setiap hari
tanpa pernah ada yang benar-benar menyadari
matahari telah pergi...
Seorang demi seorang tersadar,
di tengah malam yang tersedu
dan bunyi jangkrik yang beradu
tak ada lagi yang meramaikan langit
Semua hilang tertelan seperti wabah yang menjangkit...
Mungkin ini saat yang tepat
untuk mengatakan, “sudah saatnya untuk tidur, sayang...”

[14.05.06]