Thursday, May 24, 2007

Gula Guli Gulali Favorit



"Got my fever down, then weighed it up,
and I know the sounds remaining won't strain all the silt from my eyes
Bleach the green from the pastures, feast on the grey
Of the night, straight from the vines refusal to shine

You're my favourite thing - the one that I love
You're the one so I'd die for your love

I'll open my heart won't fall apart
Don't fall apart
You're my favourite thing
And I feel like letting go"
[*]


alih-alih makan rumput, Peri Hutan malah berkawan dengan jin botol! belum sembuh benar dari kakinya yang nyaris lumpuh permanen, kini dirinya tertatih-tatih dan terseok pulang dari rumah si Peri Tukang Nyengir yang letaknya tak terlalu jauh dari rumah pohonnya. tapi jarak yang hanya selemparan kancut itu terasa seperti ribuan mil.

***

alasannya sebenarnya sepele. gulali yang manis dan warna-warni adalah favoritnya sepanjang masa. tapi Peri Hutan malam itu ketakutan setengah mati tak dapat lagi mencicipi gula-gula harum manis itu sepanjang hidupnya. takut sudah dibeli orang, takut terlambat membelinya dan ternyata tokonya sudah tutup atau lebih sialnya lagi bangkrut, dan untuk melengkapi segala kelemahan dan ketololan dari makhluk ciptaan Alam Semesta: takut mencicipi jika gulalinya sudah dibeli, karena khawatir gulalinya habis diemut kerakusannya. karena ketika impian sudah ada di genggaman, siapa yang akan menjamin janji-janji kampanye bakal dipenuhi?
***

dari kejauhan yang remang-remang, Peri Tukang Nyengir hanya bisa khawatir berpesan sambil tetap nyengar-nyengir, "Hati-hati kau Peri Hutan yang berpendar, jangan sampai meracau di tepi jalan!"

[*] My Favourite Thing -- Silverchair (Diorama)

Monday, May 21, 2007

Before The Dawn Heals Us (*)

194/365: Before the dawn heals us

Before the dawn heals us,
let the night fog embrace
and freeze us to death…


Through the wind we crawl
It blows the candle
and throws us to the dark of disease
Let the spirits fade away
between the tombs of angels and purple light
that blinds the defeaned moon…

I’ll wait ‘til the sun kisses and sings the magical spell
to turn you out into a golden boy with harp in the left hand
And when the day comes, I will stop hiding behind this tired moonlight
to hold you again in sunrise…

It seems like we’ll never sleep at all
But it’s okay because we just wanna be alone,
we don’t wanna be lonely…



(*) This poem’s title (“Before The Dawn Heals Us”) is taken from The Radio Dept.’s album title (2003).



[21.05.07]
06.39 P.M

Tuesday, May 01, 2007


Perumpamaan Seekor Burung dan Sangkar dengan Pintu Berkarat



“Seorang pengecut tidak mampu menunjukkan cintanya. Cinta merupakan hak istimewa bagi orang pemberani.” – Mahatma Gandhi



Jatuh cinta mungkin tak jauh berbeda dengan naik ayunan. Awalnya ketika kita takut untuk berayun, rasanya sama sekali tidak mengasyikan. Lalu ketika kita mulai terbiasa dengan ayunannya, kita terpacu untuk berayun lebih kencang lagi untuk merasakan debaran dan desiran angin yang menerpa wajah kita. Setelah itu ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama, kita akan merasa takut jatuh karena ayunan yang semakin kencang lalu memutuskan untuk memegang talinya erat-erat. Yang mana akan membuat tangan kita lecet-lecet sekaligus menyakiti si tali tanpa kita sadari. Selanjutnya persis seperti menggenggam pasir; semakin erat genggaman kita, semakin sedikit pasir yang tertinggal di telapak tangan. Kedua, kita bisa saja mengambil risiko untuk mengayun lebih dashyat sampai perut serasa tergelitik, dengan melepaskan kedua tangan kita. Namun seperti kata pepatah yang kita semua pasti sudah mahfum, “tak ada yang gratis di dunia ini”, ada harga mahal yang harus dibayar. Jatuh terlempar dari ayunan adalah harga mati yang tak bisa ditawar. Yang bisa kita lakukan mungkin hanya memperlambatnya. Ketiga, bisa jadi ayunan tersebut tak cocok dengan kita karena tiba-tiba menimbulkan rasa mual. Sehingga akhirnya kita menghentikan laju ayunan sebelum sempat merasakan sensasi apapun.



***



jika kau mendapat kesempatan untuk terlahir kembali ke dunia ini, apa atau siapa yang akan kau pilih?



menjadi pohon dengan akar yang kuat dan kokoh sepertinya menyenangkan. terasa menyatu dengan bumi. atau menjadi air sungai yang mengalir. hidup takkan terasa membosankan karena kita bisa terus berpindah-pindah tempat dan berubah wujud sesuka hati.



tapi bagi Peri Hutan, mungkin tak ada pilihan yang mengalahkan seekor burung di dalam sangkar yang terbuka. pohon bisa jadi kokoh, namun selalu melekat di tempat. sedangkan air sungai terus berkelana, tak pernah tinggal.



dengan menjadi burung di dalam sangkar yang terbuka, Peri Hutan dapat bebas berkelana di siang hari ke manapun ia suka dan pulang untuk tidur di sangkarnya yang nyaman ketika hari sudah malam.



mungkin Peri Hutan tak perlu menunggu sampai ia terlahir kembali. hati barunya telah memberikannya sayap persis seperti yang ia inginkan, membuatnya merasa seperti malaikat betulan. sesosok malaikat autis yang lucu dan menyenangkan buat teman-temannya di hutan bunga matahari.



namun permasalahannya adalah ketika Peri Hutan ingin pulang ke sangkarnya yang nyaman, pintu besinya berkarat dan tak mau terbuka. Peri Hutan bisa saja pergi, terbang kembali untuk mencari sangkar lain yang pintunya terbuka dan bermalam atau menetap. tapi Peri Hutan tidak mau. ia memilih membuka pintu besi yang berkarat dan macet itu. walau semua beranggapan ia peri yang bodoh. dan sayapnya terkoyak oleh tajamnya besi yang berkarat. namun apa gunanya bisa terbang ke manapun ia mau, jika sangkar tempat peristirahatannya tak mau terbuka?




“Once in a house on a hill
A boy got angry
He broke into my heart

For a day and a night
I stayed beside him
Until I had no hope

So I came down the hill
Of course I was hurt
But then I started to think

It shouldn't hurt me to be free
It's what I really need
To pull myself together
But if it's so good being free
Would you mind telling me
Why I don't know what to do with myself?

There's a bar by the dock
Where I found myself
Drinking with this man
He offered me a cigarette
And I accepted
'Cause it's been a very long time
As it burned 'till the end
I thought of the boy
No one could ever forget

It shouldn't hurt me to be free
It's what I really need
To pull myself together
But if it's so good being free
Would you mind telling me
Why I don't know what to do with myself?”



[Emiliana Torrini – To Be Free (Love in The Time of Science)]