Thursday, January 22, 2009

Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi




Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi Saya berjanji tidak akan membocorkan kelanjutan cerita peri hutan main ayunan lagi sampai nenek sudah tua giginya tinggal dua dan menclok di jendela


p.s: postingan ini terinspirasi dari acara paling keren abad ini; Kebun Kata BuMa 'Fotocopi'

Tuesday, October 16, 2007

Let’s Play DEAD!


“Darling stop confusing me.

With your wishful thinking,
hopeful embraces.

It's sometimes just like sleeping,
curling up inside my private tortures.
I nestle into pain,
hug suffering,
caress every ache.

I play dead.
It stops the hurting.” [Play Dead – Bjork (Volta)]





ada beberapa cara untuk MATI tanpa mengeluarkan darah.

bisa dengan meminum sebotol pil tidur pada malam hari, maka akan dipastikan keesokannya kita tidak akan pernah terbangun. bisa juga dengan menggantung diri di sebuah batang pohon yang kokoh; hanya dalam waktu beberapa detik saja, seonggok nyawa akan berubah menjadi sebuah nama di batu nisan. atau bisa juga dengan terjun bebas ke dalam sungai yang airnya sedingin es dan alirannya deras dari sebuah jembatan. kita tak akan pernah merasakan kedinginan atau sesak napas karena beberapa meter sebelum terjun ke dalam air, jantung kita telah hancur berkeping-keping terlebih dahulu.

cara yang terakhir tadi akhirnya dipilih oleh Peri Hutan untuk mengakhiri cenut-cenut di kepala dan pegal-linu yang dirasakan sekujur tubuhnya beberapa waktu belakangan ini. ia tak perlu membuat gempar seluruh penghuni hutan bunga matahari dengan kematiannya yang mendadak. apalagi merepotkan mereka untuk mengurus mayatnya nanti. biar saja tubuhnya membusuk di dalam air dan jadi makanan ikan. tak usah mengeluarkan biaya pemakaman atau kremasi. ia memang akan pergi dengan meninggalkan misteri besar dan membuat semua orang berspekulasi mengenai kepergiannya tersebut. tapi tak apa, bukankah itu salah satu cara untuk membuat orang terus mengenang dan mengingat dirinya?

Peri Hutan sudah berada di ujung jembatan kayu, yang terbentang di atas Sungai Mimisippi. sungai yang airnya sebeku es dan arusnya sangat deras. konon, kata banyak orang, tak ada yang bisa bertahan dari deras arus dan dinginnya air Sungai Mimisippi tersebut. ia tak gentar, walau bunyi kayu yang berderit-derit di belakangnya serasa menyayat-nyayat hati siapapun yang mendengarnya. tapi tak ada satupun hal yang dapat menciutkan nyalinya saat ini, tidak juga goyangan jembatan yang sejak tadi mengiringi irama derit kayu.

akhirnya Peri Hutan sampai juga di tengah-tengah Sungai Mimisippi. tepat di tengah-tengah, posisi yang sengaja ia pilih untuk menghindari kegentaran hatinya yang tiba-tiba ingin ngacir untuk membatalkan aksi nekatnya tersebut. sembari tangan kirinya memeluk separuh hatinya yang ada di dalam toples, tangan kanannya memegang tambang erat-erat guna mencapai sisi luar jembatan kayu. perlahan-lahan namun pasti, kini ia telah berada di luar sana. dengan kedua tangannya, ia melempar toples yang sejak tadi dipeluknya. satu…dua…tiga…empat…lima…enam…tujuh…, dan byuuuurr!!! toplesnya menghilang tertelan arus deras. “berarti aku hanya punya waktu tujuh detik sebelum semuanya berakhir,” pikirnya. lalu Peri Hutan melompat tanpa ragu sambil membentangkan tangannya.

pertama-tama, ia memang memejamkan matanya. tapi kemudian ia berpikir, “ah, sayang sekali kalau aku menutup mataku ketika bisa melihat pemandangan yang sebegitu indahnya sebelum tenggelam sampai dasar!” jadi ia membuka matanya sambil melayang-layang di udara. terbang bebas, persis seperti yang selalu diinginkannya. namun sayang, grativitas tak pernah menjadi kawannya. makin lama tubuhnya tertarik ke bawah. meluncur tanpa ampun, seperti seluruh ingatannya yang tiba-tiba berlintasan dengan sangat cepat.

ia bisa melihat dirinya berlari sambil menangis menuju hutan bunga matahari kembali seusai meninju perut buncit si Jagoan Perut Buncit di Neverland-nya; dirinya menghambur masuk pagi-pagi buta untuk membangunkan si Kurcaci Penabuh Genderang yang masih penuh belek, ke dalam batang pohon oak miliknya; dirinya beradu lompat di deretan daun teratai dengan si Kodok Cabul; dirinya makan selai blueberry dengan Beruang Madu Muka Datar sampai belepotan; dirinya berguling-guling di surga kue keju dan selai berrybiru dengan peri-peri bodoh dari negeri aneka ragam; dirinya tertawa-tawa sambil melompat-lompat riang di atas trampolin dengan Peri Topi Lebar dan Peri Tukang Nyengir; dirinya memakai topi rajut hijau dengan bordir burung hantu yang lucu bikinan Serpina Sipirili; dirinya dibopong oleh si Kades Bertubuh Kentang sewaktu jatuh dari ayunan reyotnya; dirinya didorong dengan kursi roda bikinan Asisten Kades Senyum Tiga Jari berkeliling-keliling hutang bunga matahari; dan dirinya duduk-duduk di padang ilalang menunggu sepotong senja yang lewat bersama si hati baru.

ia melihat seluruh rentetan peristiwa tersebut dengan jelas, yang membuatnya tersenyum dan bersyukur pernah hidup. “ah, ternyata hidupku lumayan juga…” dan lalu Peri Hutan merasakan jantungnya berhenti berdetak sebelum sempat merasakan dinginnya air Sungai Mimisippi.

Wednesday, September 26, 2007

Bintang Toedjoe sang Penyembuh


apa yang bisa melubangi perasaan melebihi bunga-bunga morning glory yang tiba-tiba layu dan berbau busuk? bunga-bunga ungu itu dulu merambat keluar dari mulut si hati baru. lebat. lembut merambati pucuk kepala Peri Hutan, pundak, sekeliling dada dan punggungnya, juga pergelangan tangan dan kaki. menambat di sana-sini, menemani hari-harinya dan si hati baru dalam sebuah labirin. namun mereka tak pernah membuatnya tercekat. kini, bunga-bunga itu mendadak menjadi layu, kecoklatan, dan mengeluarkan bau busuk. melubangi Peri Hutan tepat di tengah-tengah. keadaannya persis seperti sang Sundel Bolong yang legendaris itu.



belum sempat membersihkan tubuhnya yang kotor dirambati bunga busuk, Peri Hutan malahan melihat hati barunya mendekap sebentuk bintang yang sangat terang. sampai-sampai ia nyaris buta jika memandanginya. Peri Hutan hanya sanggup melihat sekelebat dengan mata memicing, sambil menahan kencing. agaknya itu bintang penyelamat penunjuk jalan yang kerap jatuh dari timur langit ketika seseorang tersesat. ia akan jatuh dengan sendirinya kepada orang yang meminta dan membutuhkannya.

rupa-rupanya si hati baru selama ini memintanya dengan kushyuk. celaka tiga belas buat mereka yang tak bisa lagi berharap pada sang mitos! si hati baru melangkah sambil mendekap bintang penyelamatnya. menuju dunia di luar labirin jahanam. mereka memang belum jauh dari pandangan, namun Peri Hutan memilih untuk tak mengejar mereka. ia berbalik, berharap menemukan bintang toedjoe. bukankah hanya harapan yang dapat menyembuhkan perasaan yang berlubang? ia mestinya bersyukur, setidaknya masih boleh punya harapan dari si bintang toedjoe itu. tentu saja, untuk menyembuhkan kepalanya yang kini terasa cenut-cenut.