Wednesday, August 09, 2006

Menambal Sulam Hati Baru Peri Hutan

jadi apa yang membuat Peri Hutan akhir-akhir ini murung dan pundung sepertinya sedikit lagi akan terpecahkan. kegilaan yang dialaminya karena tidak berhasil mengkomunikasikan apa yang ada di pikirannya walaupun ia benar-benar mengerti dan paham apa yang dirasakannya akan segera berakhir.

petunjuknya adalah hari-hari di mana Peri Hutan bekerja keras membanting tulang dari pagi hingga malam hanya supaya ia punya sesuatu yang lebih penting untuk dilakukan dan dipikirkan. padahal ia sendiri tidak terlalu memerlukannya. ia masih punya banyak waktu untuk berleha-leha selama beberapa tahun ke depan. tidak ada mulut yang harus diberinya makan kecuali dirinya sendiri. atau hari-hari di mana ia mati-matian membentuk citra diri yang bagus hanya supaya semua orang di hutan bunga matahari dan sekitarnya memandangnya dengan kagum dan iri. supaya tidak tahu dirinya juga sebenarnya setali tiga uang dengan mereka. sama-sama dipenuhi ketakutan-ketakutan tentang hidup dan masa depan.

juga malam-malam di mana ketika ia terbengang-bengong di padang ilalang ditemani kambing-kambing yang kurus ceking karena tidak bisa tidur. kambing-kambing yang sekurus ceking dirinya.

hari-hari di mana ia memainkan peranan sebagai seorang Peri Hutan yang kuat dan mampu melindungi dirinya sendiri, serta tiada hari tanpa cengangas-cengenges tertawa-tawa gembira, berganti menjadi malam-malam di mana ia sadar sebenarnya ia hanyalah seorang Peri Hutan cengeng dan lemah yang bahkan tak mampu membendung air matanya sendiri melawan rasa sepi yang bertubi-tubi menghampirinya. dan juga kenyataan bahwa semua yang dilakukannya sepanjang hari tadi hanya untuk menutup-nutupi keadaan jiwanya yang hampa. kosong seperti seonggok karung goni di sudut gudang yang gelap dan berdebu. persis seperti yang telah diramalkan oleh si Malaikat Peniup Sangkakala, yang khawatir dengan pola hidup Peri Hutan yang semakin amburadul, beberapa waktu yang lalu.

ingin rasanya Peri Hutan makan semua rumput yang ada di padang ilalang dan menjadi headline di koran keesokan paginya bahwa ditemukan seorang peri hutan yang bodoh tergeletak tak bernyawa di padang ilalang karena di dalam tubuhnya ditemukan banyak zat beracun akibat terlalu banyak menelan rumput.
atau ditemukan seorang Peri Hutan putus asa yang sudah tak bernyawa karena menggantung dirinya di ayunan depan rumah pohonnya. lalu seantero hutan bunga matahari akan membahas mengenai kejadian itu dan mempergunjingkannya selama seminggu. bergosip dan berspekulasi mengenai apa yang baru saja terjadi, hal apa yang menimpa Peri Hutan sehingga ia bisa berbuat senekad itu: mengakhiri hidupnya yang singkat ini di hutan bunga matahari yang indah.

lalu orang-orang akan mendatangi si Kurcaci Penabuh Genderang untuk menanyakan perihal itu dan berharap-harap cemas di dalam hati jawaban yang diberikan oleh sahabatnya Peri Hutan itu haruslah sensasional dan menggemparkan, seperti misalnya Peri Hutan ternyata hamil di luar nikah lalu memutuskan gantung diri karena pria yang menghamilinya tidak mau bertanggung jawab atau ia putus asa karena banyak hutang dan tak bisa melunasinya di saat jatuh tempo.

tapi Kurcaci Penabuh Genderang hanya akan diam dan melengos di depan orang-orang yang haus gosip itu, dan seminggu kemudian orang-orang di hutan bunga matahari menjalankan aktivitas mereka seperti biasa, melupakan kejadian menggemparkan itu dan bahkan lupa bahwa pernah ada makhluk bernama Peri Hutan yang tinggal di sana.

padahal Peri Hutan sudah membeli hati baru di Pasar Jumat. tapi ternyata hatinya yang baru itu hampir mirip seperti yang lama. rasanya seperti ketiganya berhadapan. seperti bercermin dan mereka semua adalah taik kucing yang sama. Peri Hutan, hatinya yang lama, dan hatinya yang baru. semuanya bau busuk dan penuh lalat. persis seperti lingkaran setan yang menghantui hidup Peri Hutan. dan apa yang ditakutkannya terjadi sudah. ia kembali dihadapkan pada dua pilihan menyebalkan. hari-hari penuh nikmat dan sengsara yang bisa saja membuatnya kembali terpuruk bahkan lebih dalam dari sebelumnya di dalam lobang yang sama atau malah menemukan Neverland yang dicarinya selama ini. berdampingan dengan hari-hari suram tak berkesudahan di mana Peri Hutan pundung dan murung. pilihan yang sulit. andai hidup tidak penuh dengan cabang-cabang yang penuh jebakan. andai hidup tidak perlu memilih.

dan Peri Hutan memilih untuk duduk manis di ayunan depan rumah pohonnya sambil menambal hati barunya yang agak bolong dengan jarum dan benang sulam warna merah jambu kepunyaan mendiang neneknya yang semasa hidupnya sangat suka menyulam syal.

2 comments:

Anonymous said...

waa..keren2 ni..klo dtrusin kyknya bs jd buku d..ntar gw jd promotor lo d!!hakhak..mau eksis nii gw..

btw, drpd cape nyampul emang mendingan nyulam ajah siih!!hakhakhak..

eits..no offense..^_^

peri hutan penghuni hutan bunga matahari said...

najiss, tai lo daaaaaaaaaa!!!!

yah, boleh jg sih ide lo.. ahyakahyakkk.. :D

quotes of a day : memang lebih baik menyulam daripada menyampul sama halnya dengan lebih baik sakit hati daripada sakit gigi. betuulll???

hahahahahaha...sontoloyo ah kowe!!