Sunday, November 19, 2006

And The Journey Begins...

perjalanan panjang telah dimulai. sudah tak ada jalan untuk kembali. Peri Hutan melangkahkan kakinya tak tentu arah. tak ada bintang di langit, seolah bersembunyi, tak ingin dilihat oleh Peri Hutan. membiarkan ia berjalan seorang diri dan kesepian di malam yang semakin dingin dan mencekam. “ah, andai aku punya teman seperjalanan!”, batin Peri Hutan. tapi keputusan telah diambil dan menyesal kemudian tak ada gunanya.

akhirnya Peri Hutan sampai di kampung seberang. setelah perjalanan yang cukup melelahkan tentunya. Peri Hutan memutuskan untuk berhenti. selain melepas lelah, ia juga butuh merasakan adanya kehadiran orang lain. untuk meyakinkan dirinya, ia tak seorang diri di dunia ini. walaupun tak satu pun penduduk kampung ini yang ia kenal. hanya dengan melihat mereka saling berinteraksi saja sudah cukup bagi Peri Hutan. setidaknya masih ada kehidupan di sekelilingnya. setidaknya ia takkan mati perlahan-lahan di dalam sepi dan kekosongan.

rupa-rupanya Sore diundang oleh Pak Lurah untuk menghibur penduduk kampung dalam rangka sunatan massal di balai desa. dan seperti biasa Ade Paloh cs. menyanyikan kesenduan malam ini bagi Peri Hutan dengan suara serak. diiringi rintihan saxophone yang terasa semakin mengiris. pedih dan getir.

takkan ada lagi hari di mana ia duduk-duduk menghabiskan sore di ayunan reyotnya sambil menyulam hati barunya. juga hari di mana ia bercerita dengan si Kurcaci Penabuh Genderang sambil makan stik keju kering dan minum susu coklat di pinggir sungai. atau hari di mana ia berguling-guling kesenangan bermain bersama peri-peri bodoh yang ia sayangi.

dan lagu ini melantun merdu mengisi kekosongan di dalam hati Peri Hutan...

“Jauh perjalanan mencari intan pujaan
Aduhai, di mana tuan, mengapa pergi tanpa pamitan?
Lembah kuturuni, bukit yang tinggi kudaki
Aduhai, tak kunjung jumpa mengapa hilang tak tentu rimba?
Embun hempaskanku padanya,
bintang tunjukkan arah,
ooh, angin bisikkanlah malam ini...
Hati cemas bimbang, harapan timbul tenggelam
Aduhai, permata hati mungkinkah kelak berjumpa lagi?”
[*]

[*] Pergi Tanpa Pesan – Sore (Centralismo)

No comments: