Thursday, November 09, 2006

Let’s Go Fishing at The Island in The Sun!

“keep fishin’
If you feel it’s true...
There’s nothing much that
we can do to save you
from yourself...

Waste my days, drown aways
It’s just the thought of you
in love with someone else
it breaks my heart to see
you hangin’ from a shelf”
[*]

entah apa yang ada di pikiran Peri Hutan ketika pagi ini ia mengepak ransel kecilnya. tiba-tiba saja terbersit dalam benaknya untuk kabur dari semua makhluk di hutan bunga matahari yang menyusahkan dirinya akhir-akhir ini. mencari-cari dirinya hanya untuk menambah pekerjaan yang tak seharusnya ia lakukan. kabur tanpa kabar tentunya. biar semua gempar. “Rasakan pembalasanku!”, batin Peri Hutan sambil tertawa licik di depan lemari kayu jati tua kepunyaan mendiang kakeknya, sambil mengepak pakaian secukupnya.

ia sudah tidak tahu lagi apa yang ia masukkan ke dalam ransel kecilnya. apakah itu akan berguna atau tidak baginya di dalam perjalanan, ia juga tidak peduli. karena ia tak tahu pasti tujuan kepergiannya hari ini. yang penting ia bisa melepaskan kepenatannya, pergi jauh dari banyak orang yang menuntut macam-macam darinya, dan ranselnya penuh terisi. sama seperti perutnya yang sudah penuh terisi dengan roti keju dan susu coklat kesukaannya.

Peri Hutan pergi dengan pikiran kalut. perasaan yang bercampur-aduk antara merasa bodoh dan tak berguna, kesepian, ditinggal sendirian tanpa satupun yang mencintai dan membutuhkannya. di otaknya sama sekali tak terpikir untuk meninggalkan pesan buat si Kurcaci Penabuh Genderang. ia hanya berjalan dan terus berjalan sambil berusaha meredakan pikiran-pikiran yang berkecamuk di dalam benaknya. benar kata orang, musuh yang paling sulit ditaklukan bukan monster naga atau babi ngepet, tapi diri kita sendiri!

tak terasa sudah delapan jam ia berjalan tanpa henti dan beristirahat. ia sudah sangat jauh dari hutan bunga matahari. di sekelilingnya terhampar padang rumput yang luas, dengan tumbuhan dan bunga liar, serta sedikit semak belukar. ingin rasanya Peri Hutan berlari-lari di atas padang rumput itu dan berguling-guling dari atas bukit. warna rumput di sini jauh lebih segar ketimbang rumput di padang ilalang yang ada di hutan bunga matahari. ah, memang rumput di halaman tetangga terkadang jauh lebih hijau jika dibandingkan dengan rumput di halaman sendiri! jauh di bawah ada anak-anak kampung yang sedang asyik bermain bola dan layangan. teriakan-teriakan riang mereka terdengar sampai ke atas bukit. Peri Hutan menatap jauh ke langit. matahari bersinar cerah dan layangan-layangan yang sedang dimainkan oleh anak-anak kampung itu meliuk-liuk dipermainkan angin. menghiasi langit yang biru dengan warna-warni cerah. membuat Peri Hutan teringat akan gulali warna-warni yang manis atau lampu neon yang berkelap-kelip di pasar malam.

Peri Hutan mampir ke dalam sebuah gubug. bercakap-cakap dengan bapak tua bernama Ki Sapu Jagat yang ada di sana, sambil minum teh manis hangat dan pisang goreng yang masih panas karena baru diangkat dari penggorengan. main kejar-kejaran dengan anak si Ki Sapu Jagat yang manis dan menyenangkan, yang rambutnya sependek dan seikal dirinya. memancing bersama Ki Sapu Jagat di empang belakang gubugnya, sambil berteriak-teriak kegirangan. seumur hidupnya, belum pernah sekalipun Peri Hutan pergi memancing dan hari ini pasti akan menjadi hari yang takkan pernah dilupakannya. akan selalu membekas di ingatannya. Lalu Peri Hutan makan malam bersama dengan keluarga yang menyenangkan itu dengan ikan hasil pancingan yang digoreng oleh istri si bapak tua di bale-bale. dan tidur-tiduran di bale-bale itu sambil memandangi bintang-bintang di langit dan kunang-kunang yang terserak di atas pematang sawah. dengan cahaya yang berjalan-jalan di tiap ujung batang ilalang.

Peri Hutan memejamkan matanya. meresapi udara malam yang dingin dan kepergiannya yang nyaris sempurna. sepertinya ada sesuatu yang terlupa. bukan topi jaring-jaring bodohnya, tapi sesuatu yang lebih penting. entah apa, namun yang pasti perasaannya mengatakan ada sesuatu yang salah. ia tidak boleh pergi dengan cara seperti ini. mungkin besok atau lusa, ia harus kembali. menyelesaikan segala tetek bengkak di hutan bunga matahari.

lamat-lamat cahaya pudar dan terserap ke dalam lubang hitam di mata Peri Hutan yang terpejam. menjadi titik-titik cahaya kunang-kunang di alam mimpi Peri Hutan yang tenggelam di dalamnya dan tertidur pulas sendirian...

[*] Keep Fishin’ – Weezer (Maladroit)

No comments: