Tuesday, November 14, 2006

Selamat Tinggal Hutan Bunga Matahari

masih ingat kata-kata kunci ini : “ untuk menemukan seseorang atau sesuatu yang kau cintai, kau harus menemukan dirimu sendiri terlebih dahulu?”

setiap orang di dunia ini pasti melakukan perjalanan panjang untuk menemukan dirinya sendiri. untuk menemukan tujuan hidupnya serta apa dan siapa yang mereka butuhkan, agar tetap dapat bertahan hidup. walaupun pada akhirnya keadaan memaksa kita untuk sendiri.

hal inilah yang membuat Peri Hutan memutuskan untuk benar-benar mewujudkan impiannya meninggalkan hutan bunga matahari dan semua yang ia miliki. kali ini dalam jangka waktu yang cukup lama. toh ia sudah pernah hampir melakukannya beberapa waktu yang lalu, mengapa tidak sekalian benar-benar diwujudkan saja? pergi jauh dari keramaian; agar dapat berpikir jernih. banyak orang hanya berhenti pada wacana tanpa aksi. tapi Peri Hutan memberanikan dirinya meninggalkan rumah pohon tua, ayunan reyot, koleksi seribu mahkota untaian bunganya, serta Kurcaci Penabuh Genderang, Beruang Madu Muka Datar, dan peri-peri lainnya yang sudah menemani Peri Hutan sepanjang hidupnya dan juga sangat ia sayangi.

tapi tak jadi soal. ia yakin orang-orang yang sungguh-sungguh menyayanginya akan menemukannya kembali. menariknya ke jalan yang seharusnya ia tempuh di dalam perjalanan penuh kesunyian ketika ia tiba-tiba tersesat, karena sesungguhnya Peri Hutan tak punya peta atau kompas. selama ini ia hanya mengandalkan hatinya sebagai petunjuk jalan. penuntun langkahnya ketika ia tak tahu mau ke mana, walaupun pada akhirnya dirinyalah yang memilih dan menentukan keputusan akhir. demikian pula sebaliknya, Peri Hutan pasti bisa menemukan kembali orang-orang yang sungguh ia sayangi dan menarik kembali ke jalan yang seharusnya ketika mereka tersesat.

Peri Hutan percaya apa yang ia lakukan pasti berpengaruh kepada kehidupan orang lain. ketika kali ini ia memutuskan untuk menemukan siapa dirinya yang sesungguhnya, mungkin saja orang-orang lain di sekitarnya juga melakukan hal yang sama. karena sesungguhnya setiap manusia belajar dengan bercermin, bagai mengepas-ngepas baju baru di depan kaca. melihat cerminan dirinya pada manusia-manusia yang lain dan berubah menjadi seseorang yang lebih baik tanpa harus menjadi orang lain.

hari ini Peri Hutan bangun pagi-pagi sekali sebelum seluruh penghuni hutan bunga matahari terjaga dan melakukan rutinitas mereka. ia sudah siap dengan ransel kecil, topi jaring-jaring bodoh, dan kamera poketnya. di depan pintu rumah pohonnya juga sudah ditempelkan pesan untuk si Kurcaci Penabuh Genderang. isinya Peri Hutan menitipkan rumah itu beserta seluruh isinya dan juga ayunan reyotnya sampai ia kembali lagi nanti suatu saat. juga pesan bahwa ia akan baik-baik saja di mana pun ia berada; bahwa Kurcaci Penabuh genderang tak perlu khawatir.

setidaknya kali ini ia tidak pergi tanpa pesan, seperti yang pernah dilakukannya beberapa waktu yang lalu. walaupun hanya sebentar, perbuatannya itu menimbulkan kekacauan dan mempengaruhi hidup banyak orang lain yang menyayanginya tanpa ia sadari. hanya karena kerewelan dan keegoisannya yang menganggap bahwa tak ada satu pun di dunia ini yang peduli dan sayang padanya. sungguh peri yang bodoh! untung ada si Kurcaci Penabuh Genderang. ia yakin sahabatnya itu akan memahami setiap keputusan yang diambilnya, walaupun tidak sepenuhnya ia mengerti. meski di dalam hatinya cemas, paling-paling si Kurcaci Penabuh Genderang hanya akan cengangas-cengenges dengan wajah belernya dan menanyakan dari mana saja Peri Hutan selama itu. lalu mereka akan bermain-main lagi seperti biasa sambil bercerita apa yang telah mereka alami ketika terpisah tanpa perlu dipaksakan.

Peri Hutan tersenyum puas. setidaknya kali ini ia pergi bukan karena ketakutan semu yang tak beralasan; bukan karena ia merasa tak ada satu pun yang menyayanginya. Peri Hutan benar-benar tak tahu mau ke mana, namun hatinya menuntunnya untuk pergi ke padang ilalang, tempat biasa ia terbengang-bengong menikmati sepotong senja yang lewat dan hembusan angin sepoi-sepoi, hanya ditemani oleh hati barunya itu.

ia tahu tak lama lagi ia akan meninggalkannya di padang ilalang itu. sampai kapan? Peri Hutan tidak tahu. yang pasti sampai hatinya tak lagi bimbang dan mampu menemukan jalannya sendiri. menemukan siapa atau apa yang hati barunya butuhkan. kebingungan dan keegoisan hanya akan menorehkan luka bagi orang-orang di sekitar kita, selain akhirnya pada diri sendiri. apalagi sampai memutuskan sesuatu yang berkaitan dengan hidup orang lain di saat hati bimbang dan tak tentu arah. tidak akan membawa kebahagiaan bagi siapapun.

Peri Hutan beranjak dari padang ilalang sambil menggendong ransel kecil di punggungnya dan memakai topi jaring-jaring bodohnya. ia berjalan lurus dan berusaha tidak menoleh ke belakang. perjalanan akan terasa semakin sulit dan berat jika itu dilakukannya. atau mungkin saja takkan ada perjalanan, karena Peri Hutan tidak sanggup melanjutkannya dan meninggalkan semua yang ada di belakang. terjebak di dalam situasi yang sama dengan hatinya yang bimbang; ditambah lagi dengan rutinitas di hutan bunga matahari yang semakin lama terasa semakin menjemukan.

terkadang hidup memang jauh lebih ringan ketika tak punya apa-apa, karena toh kita takkan kehilangan apapun. menjalani hidup tanpa risiko kehilangan sesuatu yang kita anggap kita miliki. menjalani hari-hari yang tersisa tanpa beban. memang sudah saatnya Peri Hutan melakukan sesuatu tanpa takut pada kegagalan.

“Whenever you need a home I will be there...
Whenever you're all alone And nobody cares...
You're just a poor misguided fool,
who thinks they know what I should do...
A line for me and a line for you
...

Whenever you reach for me,
I'll be your guide
Whenever you need someone
to keep it inside...” [*]

[*] Starsailor – Poor Misguided Fool (Love is Here)

No comments: