Monday, April 23, 2007

Di Kala Jam Besuk Sudah Berakhir

"Peri Hutan?"
"Demi celana kotak-kotakku… Syukurlah, ia sudah sadar…"
"Horeee… Peri Hutan sudah sadar!!!"


Peri Hutan mengerjap-kerjapkan bola matanya. samar. tapi ia masih bisa menghitung… ada satu, dua, tiga, ah… ada enam makhluk di sekelilingnya, sedang tersenyum padanya. eh, bukan… bukan enam, melainkan tujuh! tadi ia tak melihat ada si Kodok Cabul yang bertengger di atas topi lebar si Peri Topi Lebar.

"Halo Peri Hutan, selamat datang kembali ke dunia nyata!", sambut Peri Topi Lebar dengan senyum lebar, selebar topinya. di atasnya, Kodok Cabul melompat-lompat dengan riang.

lalu ada Kepala Desa Bertubuh Kentang dan asistennya, si Asisten Kades Senyum Tiga Jari (disebut begitu karena senyumnya sangat lebar, sehingga ketika ia sedang tersenyum tiga jari dapat masuk ke mulut saking lebarnya) sedang tersenyum lebar padanya.

Peri Hutan mengedarkan pandangannya. ada Peri Tukang Nyengir sedang nyengir padanya. "Bagaimana rasanya koma selama tiga hari, sobat?", tanyanya sambil masih nyengir.

"Aduh, kepalaku…", rintih Peri Hutan sambil berusaha bangun.

"E…eh, jangan bangun dulu Peri Hutan… Kata Tabib Jenggot Putih kau belum boleh banyak bergerak.", cegah Serpina Sipirili.

"Kami sangat panik sewaktu melihatmu jatuh tersungkur dengan kepala berdarah-darah di dekat ayunan reyotmu. Lalu aku dan asistenku langsung membawamu ke Tabib Jenggot Putih. Untung saja tidak terlambat, karena kau kehilangan banyak darah malam itu.", Kades Bertubuh Kentang menjelaskan kejadian malam naas itu pada Peri Hutan.

"Ah ya… Pantas saja, sewaktu setengah sadar itu aku sepertinya melihat sosok kalian…", Peri Hutan berusaha mengingat-ingat.

"Ya… Tabib Jenggot Putih sudah menjahit kepalamu yang bocor. Dan…ngg…kaki kananmu…", tambah Asisten Kades Senyum Tiga Jari, kali ini tanpa senyum tiga jarinya.

"Kaki kananku? Kenapa dengan kaki kananku?", tanya Peri Hutan dengan wajah pucat pasi. ia langsung menyingkap selimut yang menutupi kakinya dengan gusar. ada luka sayatan sepanjang enam sentimeter di dekat lutut kanannya.

"Kaki kananmu remuk, Peri Hutan…", kata Kurcaci Penabuh Genderang, yang sejak tadi berdiri di belakang Serpina Sipirili, hati-hati. "Tapi jangan khawatir, Tabib Jenggot Putih bilang kakimu akan segera pulih dan kau bisa berjalan lagi seperti dulu. Asal…kau giat berlatih," lanjut Kurcaci Penabuh Genderang.

Peri Hutan masih memandangi kaki kanannya yang tak bisa digerakkan. Badannya bergetar.

"…"

"Tapi jangan khawatir Peri Hutan, aku sudah membuatkanmu gerobak mini yang bisa mengantarkanmu ke manapun kau mau!!", ucap Asisten Kades Senyum Tiga Jari dengan penuh antusias. "Kau bahkan bisa mengendarainya sendiri… Lihat! Ada setirnya, dan kau tinggal menginjak ini kalau kau mau berhenti. Ini adalah pedal rem. Aku lho yang membuatnya!", si Asisten Kades menjelaskan dengan semangat ’45, berusaha mengalihkan perhatian Peri Hutan dari kaki kanannya yang lumpuh.

"Aku membuatkanmu topi rajutan untuk menutupi kepalamu yang… ehm, agak pitak, Peri Hutan…", Serpina Sipirili mengeluarkan sebuah topi rajut dari tas rotannya. lucu juga. topi rajut warna hijau muda dengan bordiran burung hantu berwarna emas di sisi kanannya.

"Aku lho yang membuat bordiran burung hantunya!", pekik Peri Topi Lebar semangat. "Aku dan Serpina Sipirili beranggapan bahwa topi jaring-jaring lebarmu terlalu keras untuk kau pakai. Kami takut topimu itu melukai kepalamu. Jadi sampai kondisi kepalamu membaik, lebih baik kau memakai topi rajut saja, karena bahannya jauh lebih lembut.", Peri Topi Lebar menjelaskan panjang-lebar disertai dengan anggukan kepala Serpina Sipirili yang juga penuh semangat. Peri Topi Lebar memang sangat berbakat untuk menjadi juru bicara. pada pemilihan Kepala Desa selanjutnya, Peri Hutan ingin sekali mencalonkan Peri Topi Lebar menjadi juru bicara Kades. atau manajer kampanye. atau apalah… pokoknya berkaitan yang dengan angkat bicara.

"Dan… aku membawakanmu piringan-pringan hitam ini, Peri Hutan… Semua lagu-lagu Feist yang ada di rumah Serpina Sipirili sudah kuangkut semua ke sini. Aku pikir kau pasti suka mendengarkan lagu-lagu baru, ketika ehm… kau ingin sendirian saja di kamarmu.", kata Kurcaci Penabuh Genderang sambil tersenyum manis pada sahabatnya.

"Ah, ya… ya… Aku akan sangat senang sekali. Terima kasih ya semuanya… Kalian sangat baik padaku…", kata Peri Hutan dengan suara lemah. ia tersenyum sambil memandangi sahabatnya di hutan bunga matahari satu per satu. "Tapi aku sedang ingin sendirian saja hari ini. Maaf ya…", ucap Peri Hutan terbata-bata.

"Tidak apa-apa, Peri Hutan… Kami mengerti kalau kau butuh waktu sendirian. Kapanpun kau butuh kami, hubungi saja… Kami sudah tak sabar untuk main-main lagi denganmu!", kata Kodok Cabul bijaksana. suatu hal yang cukup langka melihat Kodok Cabul mengucapkan sesuatu yang dewasa tanpa cengangas-cengenges.

"Oh iya, biar aku saja yah yang merawat Tigger… Aku takut kau belum bisa merawatnya saat ini…", Peri Tukang Nyengir memecah keheningan.

"Terima kasih, Peri Tukang Nyengir… Kau baik sekali. Dan oh, Kurci… Celana kotak-kotak barumu oke.", ujar Peri Hutan sambil mengedipkan matanya.

"Demi celana kotak-kotakku… Aku tahu hanya kau dan Serpina Sipirili yang akan beranggapan celana baruku ini oke.", kata Kurcaci Penabuh Genderang dengan perasaan bangga, diiringi oleh gumaman tak jelas dari yang lainnya.

segera satu per satu dari mereka pamit pada Peri Hutan. mulai dari Peri Tukang Nyengir dan Tigger yang berada dalam gendongannya, Peri Topi Lebar dan Kodok Cabul yang masih bertengger di atas topinya, Kurcaci Penabuh Genderang dan Serpina Sipirili, lalu Asisten Kades Senyum Tiga Jari.

hanya si Kades Bertubuh Kentang yang masih belum beranjak. ia memandang mata Peri Hutan dalam-dalam; sesuatu yang biasa dilakukannya ketika akan menasihati penghuni hutan bunga matahari yang disayanginya.

Peri Hutan hanya bisa tersenyum lemah. "Jaga dirimu baik-baik Peri Hutan, nanti ada yang sedih kalau kau sakit…", ucap Kades Bertubuh Kentang sambil mengusap lembut kepala Peri Hutan. Peri Hutan segera memeluknya dan menangis. tangisan bisu yang hanya dimengerti oleh dirinya, Kades Bertubuh Kentang, dan Alam Semesta.

No comments: