Friday, April 20, 2007

Ayunan Reyot Berdarah

andai saja mudah mengatakan "aku sayang kamu", semudah kita mengumpat (maaf) "anjing!", "bangsat!", "keparat!", "taik!", "ngentot!" di depan batang hidung orang yang mengesalkan, mungkin tidur akan jauh lebih nyenyak dan takkan ada kosa kata ‘penyesalan’ di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia.

dan andaikan hati barunya datang barang sejenak menengok Peri Hutan di hutan bunga matahari yang sedang jatuh tersungkur dari ayunan reyotnya, mungkin ia takkan terlalu merasakan rasa sakit dashyat di kepalanya yang bocor dan berdarah-darah.

cukup dengan membisikkan kata-kata semacam, "aku takkan meninggalkanmu", maka Peri Hutan akan mati bahagia.

tapi tak ada yang datang. dan Peri Hutan harus bertahan hidup, jika tak mau mati sendirian dengan mengenaskan; jatuh dari ayunan reyot di depan rumah pohonnya karena berayun terlalu kencang.

andai saja luka di kepalanya bisa disembuhkan hanya dengan ditempel plester. sayangnya, luka yang dialaminya bukan sekadar lecet-lecet. lukanya dalam dan butuh kira-kira enam atau tujuh jahitan. mana bisa orang yang kepalanya bocor menjahit kepalanya seorang diri???

mungkin akan lebih mudah jika Peri Hutan pingsan atau hilang ingatan. sialnya, ia mengingat seluruh kejadian secara rinci. mulai dari angin berdesir di belakang telinga yang meniup rambut ikalnya yang tergerai, jantungnya yang berdegup kencang ketika ia mengayun semakin tinggi, perasaan ringan melambung tinggi, dan sedetik kemudian terhempas dari ketinggian maksimal yang bisa dicapai oleh ayunan reyotnya.

Peri Hutan merasa bagai seonggok daging tanpa tulang. kerangka tubuhnya serasa remuk redam rata dengan tanah. dan bahkan tak ada air mata yang tersisa untuk meratapi malam itu. hanya rasa sakit menjadi-jadi yang terasa seperti dua puluh paku ditancapkan sekaligus di kepalanya secara perlahan.

mungkin sebentar lagi Peri Hutan jadi gila. tapi sepertinya itu jauh lebih baik. orang gila bisa memiliki dunianya sendiri, tanpa khawatir tak satupun bisa mengerti. daripada menjadi orang normal dan terus berharap ada yang bisa memasuki dunianya.


namun tak ada penyesalan sedikitpun yang tersirat. Peri Hutan sudah tahu risiko yang akan ditanggungnya ketika pertama kali berayun. ia tahu akan jatuh dan kepalanya bocor. lagipula jatuh dari ayunan yang berayun perlahan dan jatuh dari ayunan yang berayun sangat kencang sama-sama terasa sakit. jika Peri Hutan harus jatuh, memang sebaiknya ia jatuh dari tempat yang paling tinggi.


In a manner of speaking
I just want to say
That I could never forget the way
You told me everything
By saying nothing
In a manner of speaking
I don't understand
How love in silence becomes reprimand
But the way that i feel about you
is beyond words
Oh give me the words
Give me the words
That tell me nothing
Give me the words
That tell me everything
In a manner of speaking
Semantics won't do
In this life that we live we only make do
And the way that we feel
Might have to be sacrificed
So in a manner of speaking
I just want to say
That just like you I should find a way
To tell you everything
By saying nothing.
(Nouvelle Vague -- In a Manner of Speaking)

No comments: