Thursday, March 08, 2007

Keluarkan Benang Sulammu Peri Hutan, Ayo Merajut Lagi!


A sudden rush of expectation
as I realise it's
YOU.
Like a river in a droughtful season.
How cool you didn't call.
Initial hint of disappointment.

The mirror of my smile
that isn't there, that doesn't follow
a very causal 'hi'.
Why did you come at all,
if it wasn't for me?
Another blow of resignation
when realise I do.
Now in your hands
the book you borrowed.
The whole way we first met
comes together in my head,
when the picture's clear you've left
– Erlend Oye (Sudden Rush)

sudah cukup. Peri Hutan mau pulang. seperti kata Paulo Coelho dalam The Zahir, “Ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit”, inilah saat yang tepat bagi Peri Hutan untuk merajut kembali seperti sedia kala. lagipula tas ranselnya hampir kosong. hanya benang sulam warna merah jambu milik mendiang neneknya yang masih tertinggal.


lagi-lagi separuh hatinya yang tersisa menuntun langkahnya kembali ke hutan bunga matahari, ke tempat orang-orang yang dicintainya. sekeras apapun usahanya untuk menjauh dari sana, untuk kesekian kalinya pula ia kembali ke sana.


mungkin Peri Hutan memang terlalu takut untuk merajut lagi. padahal ia ingin sekali merajut dengan cinta yang ia miliki, seperti kata Madame Lovètti. namun bagaimana kalau ternyata, tanpa disadari ia melakukannya supaya dicap hebat? dianggap penolong atau pahlawan kebajikan?


semoga saja tidak. ia sudah tak sabar mengadakan pesta kebun dengan Peri Topi Lebar. menambal celana kesayangan si Peri Tukang Nyengir yang sobek, supaya bisa jumpalitan lagi di trampolin barunya. juga genderang buluknya Kurcaci Penabuh Genderang. ia akan merasa sangat bahagia jika sahabat-sahabatnya juga bahagia.


tak apalah jika ia tak dapat lagi menghabiskan sorenya duduk-duduk di padang ilalang sambil merajut hati barunya. seperti kata pepatah, hidup bagaikan sebuah roda yang berputar; kadang di atas, kadang di bawah; semua yang ada di dunia ini juga ada masanya…


No comments: