Sunday, March 11, 2007

Tunggu Abang di Pengkolan, Sayang!

Somewhere out there in between
the moon and the sea
I'll be waiting for you, my dear,
so wait for me...” [*]

tidak ada pekerjaan yang lebih membosankan daripada menunggu. Peri Hutan nyaris mati jongkok dibuatnya. ditemani kumbang-kumbang musim panas, ia menghitung jumlah Bajaj, Kopaja, Metromini, bemo, bus, dan taksi yang lewat di depan batang hidungnya.

ada satu hal yang hampir pasti dilakukan oleh siapapun : mencari kepastian. tidur rasanya takkan nyenyak sampai mendapat jaminan bahwa besok dapat kenaikan gaji atau pangkat. makan jadi tak enak ketika belum tentu orang yang kita sukai juga menyukai kita. lalu supaya tidur nyenyak dan makan enak mending pilih pekerjaan yang sudah pasti-pasti saja. juga pilih pasangan hidup yang sudah yakin 100% bakal suka kita juga. urusan perasaan abang belakanganlah! yang penting pan si eneng udah cinte! betuuuulll???

betul. hal itu sangat manusiawi dan terjadi pada siapapun. mungkin Thom Yorke hanya meracau saja saat menulis lagu “True Love Waits”. menebarkan ajaran sesat, dan sial buat Peri Hutan yang sampai sekarang masih mengimaninya. mungkin memang tidak ada yang tunggu-menunggu di dunia ini. siapa cepat dia dapat, bung!

tapi bagaimana ini? Peri Hutan tidak bisa pulang tanpa bus dengan tulisan “Tunggu Abang di Pengkolan, Sayang!” di kaca belakangnya. sejauh penglihatannya, yang lewat hanya angkot dengan tulisan “Restu Ibu”, “Bunda Maria Penyelamatku”, dan “Kutunggu Jandamu”. yang lainnya gambar-gambar perempuan berpose seronok. dan selama ia berjongkok sambil menunggu, sudah lewat sebanyak 351 Bajaj, 673 Kopaja, 566 Metromini, 89 bemo, 478 bus, dan 297 taksi.

Peri Hutan sudah muak menghitung! maka ia berdiri dan membetulkan letak topi jaring-jaring bodohnya, sambil memakai ranselnya kembali, bersiap-siap melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. bisa benar-benar mati jongkok ia dibuatnya, jika terus menunggu si bus “Tunggu Abang di Pengkolan, Sayang!”. setidaknya ia melakukan sesuatu. tidak hanya menunggu, duduk diam terbengang-bengong bagai sapi ompong.

mungkin di dalam perjalanannya tiba-tiba ia menemukan bus yang sedari tadi ditunggu-tunggunya. atau mungkin juga ada bus lain yang ternyata dapat mengantarkannya ke rumah yang ingin ia tuju. atau bisa saja memang sudah takdirnya tak menemukan jalan pulang ke rumah yang ia idam-idamkan; tersesat seumur hidup di dalam perjalanan panjang tak berujung, singgah dari satu kota ke kota yang lain. seumur hidup jadi tamu. pendatang. orang asing.

You brighten my life like a polysterene hat
but it melts in the sun like a life without love
and i’ve waited for you
So I’ll keep holding on
without you... – Silverchair (Without You)


[*] Wait For Me – Sean Lennon (Friendly Fire)

No comments: